Dear Future Self



Dear future self,


Hello, I’m talking to you, Mei, 30 years old in the future. How are things ? Semoga aku tidak menganggu waktu sibukmu. Ketika aku menulis ini aku sedang terduduk di sebuah kamar kecil yang sederhana pada suatu malam di bulan Desember 2018. Tempat yang mungkin sekarang kau rindukan. Tempat yang menjadi saksi bisu perjalanan jatuh bangun menggapai impian-impian.


Ketika usiaku mulai memasuki kepala dua banyak hal yang mulai kupikirkan. Sering ku terjaga hingga larut malam karena satu persatu pertanyaan bermunculan dalam kepalaku. Seperti malam ini, jam dinding menunjukkan angka dua. Namun, raga ini masih ingin terjaga. Mau kah dirimu ku ajak berbincang sebentar saja melalui tulisan sederhana ini?

Masihkah kau sibuk mengejar mimpimu atau sekarang kau sudah bisa bersantai di depan teras rumah sembari meminum teh di sore hari dengan kedua orang tua? Apa kau sudah bisa menggantikan posisi mereka sehingga mereka bisa menikmati waktu tuanya dengn tenang tanpa perlu memikirkan hal yang membuat mereka cemas? Jika kau masih berkutat dengan duniamu, cobalah kau berikan sedikit waktumu. Hanya sebentar saja jika kau sekarang sedang sangat sibuk. Berikan waktumu itu untuk mereka. Tanpa kau sadari tangan mereka sekarang semakin berkerut karena kerja keras setiap hari. Sampaikan salamku untuk mereka ya, dan katakan maaf kepada mereka jika aku terlampau sibuk dan mementingkan duniaku hingga sering aku mengabaikan mereka. Padahal mereka adalah orang pertama yang selalu siap jika terjadi sesuatu kepadaku.

Hey, apa kau masih melakukan kebiasaan burukmu  menghabiskan waktu malam hingga menjelang pagi? Ssstt.. jangan kau lakukan itu lagi. Tidak bosan kau ditegur oleh bapak? Kenapa tersenyum ? Hhahaha... Jangan-jangan kau masih melakukannya ya?

Oya, bagaimana dengan kabar teman dan sahabat-sahabat di kampung ? Masihkah kalian bertegur sapa? Ketika kuliah dulu, ketika menemukan lingkungan baru dan tersita dengan kesibukkan masing-masing, satu persatu, teman-teman mulai menghilang. Tidak-tidak bukan menghilang Namun mereka sedang fokus dengan dunia mereka yang baru. Fokus untuk mewujudkan mimpi-mimpi. Begitupun aku. Sampai pada suatu titik, aku begitu rindu namun rasa segan yang begitu besar datang secara bersamaan hingga akhirnya rindu hanya terpendam tak mampu terucap. Bukan karena tak ingin. Namun, aku takut jika menggangu waktu mereka.


Lalu, bagaimana kehidupan orang dewasa yang kau lalui ? Apakah berjalan mulus dan baik-baik saja ? Apakah menyeramkan atau semakin membuatmu rindu untuk menjadi anak kecil kembali ? Sejujurnya saja aku sering memikirkan apakah aku sanggup menjadi orang dewasa. Tak jarang aku memikirkan dan mengenang kembali masa dimana canda dan tawa menjadi makanan sehari-hariku. Aku beranggapan bahwa dunia orang dewasa itu keras dan kejam. Apakah seperti itu nyatanya ?


Masih ingatkah, jika dirimu ini diawal umur dua puluhan sedang tertarik dan menyukai dunia digital art ? Aku harap dirimu bekerja pada suatu hal yang masih berhubungan dengan digital art. Mungkin bisa menjadi seorang fotografer, seorang digital imaging, atau desain grafis. Atau kau menjadi seseorang yang bergerak di bidang marketing komunikasi ? Ya dunia yang masih berhubungan erat dengan latar belakang pendidikanmu. Atau jika boleh ku menebak, kau menjadi seorang Account Executive. Apa kau masih ingat ? Salah satu dosen pernah mengatakan kepadaku bahwa aku cocok bekerja sebagai Account Executive setelah dia melihat performaku ketika mempresentasikan karyaku pada suatu lomba poster. Apa kau sudah ingat ? Jadi, dimana takdir membawamu ? Sungguh aku penasaran dengan hal itu.


Aku belum begitu mengerti dengan dunia kerja. Ya, walaupun ketika aku menulis ini aku belum menginjak di akhir semester kuliah. Namun, rasa penasaranku tentang bagaimana dunia kerja sering terpintas dalam pikiranku. Mulai dari bagaimana menulis CV yang benar dan menarik, bagaimana menghadapi interviewer, bagaimana menikmati sebuah pekerjaan dan survive sampai mencari tahu kenapa seseorang bisa melakukan resign dari pekerjaannya. Hingga pada akhirnya dengan kecanggihan informasi dan teknologi, aku bisa berkenalan dengan sebuah paltform yang bernama Glints yang bisa membantuku untuk memberi gambaran tentang semua itu.

Aku tahu dirimu sudah bekerja begitu keras. Namun, sekarang percayakan kepadaku bahwa aku, dirimu ini, bisa melakukan yang terbaik dan bisa menorehkan kenangan-kenangan yang luar biasa agar ketika dirimu mengenangku, kau bisa tersenyum bangga. Bukankah masa depan, masamu saat ini, dibangun dari masa lalumu, yaitu masaku sekarang. Aku tahu mungkin ini tidak akan mudah seperti yang terdengar. Namun kupastikan bahwa diri ini akan berusaha dan berjuang semampunya. Izinkan diriku untuk menorehkan satu per satu cerita di tiap halaman kehidupan kita. Hingga pada akhirnya akan tiba waktunya dirimu yang akan melanjutkannya.

Kapanpun, diamanapun, dan bagaimanapun aku ingin dirimu berdamai dengan diri sendiri. Apabila ada keinginan atau mimpi yang belum terwujud atau ada hal yang tak berjalan sesuai rencana atau keinginanmu. Tetap semangat Mei. Semua yang terjadi memang seharusnya terjadi. Everything worked out exactly as it should be. No regrets. You were and are and have been and always will be yourself, and that’s what matters above all. I'm hoping you're further along in this process than me. I hope the future treats you kindly. And I hope it all works itself out in the end.

Much Love,

Past You...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

E-Commerce, Pilar Utama Indonesia Menuju Pusat Ekonomi Digital Asia Tenggara

Si Legit dari Kota Hujan

Pelajaran dari Berwirausaha Sambil Bersedekah